Sabtu, 28 November 2009

Khutbah

Meneladani Pemimpin Shaleh

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ونكبره ونقول الله أكبر الله أكبر و لله الحمد. الحمد لله الذي شرع لناس عيدا مباركا ونعيما مشكورا ويوما مسرورا . والصلاة والسلام على من أرسله الله رحمة للعالمين بشيرا ونذيرا وعلى آله وصحبه ومن تبعهم باءحسان الى يوم الدين مؤمنا ومخلصا . أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده . أما بعد فيا عباد الله أوصيكم واياي بتقوي الله فقد فاز المتقون يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

!$¯RÎ) š»oYøsÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ žcÎ) št¥ÏR$x© uqèd çŽtIö/F{$# ÇÌÈ

“Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (akan lenyap)” (QS : Al Kautsar : 1 – 3)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Ma`asyiral mukminin rahimakumullah.

Gemuruh takbir tahmid dan tahlil menggema di seantero angkasa raya, dari bibir-bibir mungil para hamba Allah yang tersebar di bumiNya yang makin tua, dari lidah-lidah kelu yang sedang dirundung nestapa, dari mulut-mulut mereka yang lagi bersuka ria, seiring dengan tenggelamnya fajar di ufuk barat pada senja 9 Dzulhijjah kemarin sore. Besar kecil, tua muda, laki-laki dan wanita, pemimpin maupun para jelata, menggumamkan kalimat yang sama sebagai pembuktian akan kebesaran Allah SWT, dan dalamnya hunjaman iman di dada manusia kepada-Nya. Kerinduan akan gema kalimat-kalimat thayyibah itu terobati sudah, setidak-tidaknya untuk hari ini dan tiga hari sesudahnya, walau sebetulnya kita mendamba untuk selamanya.

Kalimat-kalimat thayyibah yang kita kumandangkan tersebut adalah ucapan keyakinan, ucapan kepercayaan dan ucapan kesadaran. Ucapan bayangan keabadian, pedoman kekal sepanjang masa, pangkalan tempat muslim bertolak dan pelabuhan tempat mukmin bersauh. Ia adalah laksana menara laut di tengah samudera raya perjuangan kehidupan dan kemanusiaan. Ia adalah lambang dari suatu aqidah dan keyakinan, simbol dari pandangan dan pendirian hidup yang memancarkan nur dan cahaya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Taqwa adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap kepada Sang Pencipta, bekal yang kelak menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya, bahwa kehidupannya di alam dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya. Untuk itulah wahai kaum Muslimin sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan niat serta tekad, untuk meraih predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin, dengan selalu mensyukuri segala nikmat pemberianNya dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya, sebagai perbekalan serta sarana untuk dapat mengambil apa-apa yang telah dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di dunia dan surga yang abadi kelak di akhirat. Apalagi, Allah pun pernah berkata :

3 (#rߊ¨rts?ur cÎ*sù uŽöyz ÏŠ#¨9$# 3uqø)­G9$#

“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa”. (Al-Baqarah: 197).

žcÎ) tûüÉ)­GßJø9$# Îû ;M»¨Zy_ AbqãŠããur ÇÍÎÈ

“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa itu berada dalam Surga (taman-taman) dan (didekat) mata air-mata air yang mengalir”. (Al-Hijr: 45)

Kemudian, mengiringi rasa syukur itu, adalah pada tempatnya jua, kita mengirimkan do`a kepada Allah SwT, kiranya shalawat dan keselamatan senantiasa tercurah kepada insan tuntunan ummat, nabi Muhammad SAW.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Pada tahun 2009 ini begitu banyak peristiwa yang telah kita jalani dan saksikan, dan jika kita urai satu persatu catatan perjalanan kita selama hamper sebelas bulan berlalu, baik itu catatan sebagai individu maupun catatan sebagai seorang warga Negara dan ummat Islam di dunia, maka di dalamnya akan kita temui gelar pesta kemenangan bagi mereka yang sukses berkompetisi, ada peristiwa lucu yang mengundang senyum bahkan tawa, namun tak sedikit pula berisi kerisauan dan gundah gulana, juga ada sandiwara dari para politisi, penguasa dan petinggi negara lainnya, belum lagi cerita tentang duka nestapa disertai jeritan pilu dan ratapan yang menegakkan bulu roma.

Kita cobalah menyebut sebagian kecil saja, umpamanya tentang serangkaian pemilu yang berlangsung hampir sepanjang tahun, dimana telah menghabiskan biaya luar biasa besarnya, seandainya dikumpulkan setiap uang yang terpakai untuk menyelenggarakan pemilu kemarin, baik itu uang negara dan juga uang dari para peserta pemilu itu sendiri, lalu semuanya dijadikan dalam bentuk uang pecahan Rp. 20.000,-, maka jika dibentangkan secara sambung menyambung, ia akan bisa membelit permukaan bumi ini lebih dari dua putaran, bisa kita bayangkan, jika semua itu dijadikan untuk menanggulangi kemiskinan, maka pada hari ini, angka penduduk miskin Indonesia tidak akan sebesar seperti saat ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Atau kita lihat perseteruan tak kenal jilid karena bersambung seakan tiada henti antara mereka yang punya kuasa, tersebutlah kisah antara cecak dan buaya contohnya, sampai pada angket Century yang entah seperti apa jadinya, gambaran potret Indonesia, sebuah Negara yang katanya berke-Tuhan-an Yang Maha Esa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Tak begitu lama setelah kita berhari raya pada Iedul Fithri yang lalu, waktu banyak orang yang pulang kampong karena berhari raya itu sedang mengenang cerita lama bernostalgia karena lama tak jumpa dengan teman dan saudaranya, hanya dalam rentang waktu kurang dari enam puluh detik, gempa menghoyak ranah bundo.

Suasana senyum dan tawa berganti segera, mencekam, menakutkan, mengerikan, memilukan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ribuan gedung rata dengan tanah, puluhan ribu orang kehilangan tempat berlindung dikala hujan dan tempat berteduh saat kepanasan, mayat-mayat bergelimpangan menebar aroma bencana, jerit tangis para yatim karena kehilangan ayah bunda, ratap pilu para isteri dan suami yang terpisah dengan pasangannya, pisah yang takkan pernah berjumpa kecuali di akhirat saja, pekikan putus asa dari para orang tua, melihat anaknya meregang nyawa di telan gempa, tarikan nafas berat sanak saudara karena kehilangan tempat berbagi suka dan duka.

Yang menyakitkan kita, di tengah penderitaan yang menyesakkan dada itu, masih ada yang coba-coba menawar aqidah ummat dengan seperangkat bantuan berharga murah, sungguh celaka, aktifitas para penyebar agama yang melanggar ketentuan itu malah tiada terhalang oleh aparatur kita, lengkap sudah penderitaan bangsa. Mungkin benar, Indonesia adalah negeri bencana, ya Allah, jauhkanlah kami dari semua bencana.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Seakan tiada jeda, tak puas dengan serangan membabi buta yang menelan ratusan, ribuan, puluhan ribu bahkan ratusan ribu jiwa para syuhada Palestina, israel, bangsa yahudi la`natullah kembali menebar angkara. Masjidil Aqsa, tempat suci ummat Islam sedunia, kiblat pertama kita, diinjak-injak kehormatannya, dari sini kita hanya bisa menangis pilu menelan air mata tanpa bisa berbuat apa-apa. Saudara dan sahabatku semua, dala keadaan seperti itulah kita berhari raya saat ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillaa hilhamd.

Ribuan tahun yang lalu, di tanah kering dan tandus, di kegersangan kawasan yang meranggas, di atas bukit-bukit bebatuan yang ganas, sebuah cita-cita universal ummat manusia dipancangkan. Nabi Ibrahim AS, telah memancangkan sebuah cita-cita yang kelak terbukti melahirkan peradaban besar. Cita-cita kesejahteraan lahir dan batin.

Suatu kehidupan yang secara psikologis aman, tenteram dan sentosa, dan secara materi subur dan makmur.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. (QS, al-Baqarah: 126)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Pada hari ini jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus, kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Mereka coba merefleksikan maknanya pada berbagai bentuk ritual yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Maka jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang menggambarkan eksistensi manusia di hadapan kebesaran Rabb Yang Maha Agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya, “Labbaika Allahumma labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk la syarika laka.”

Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itu adalah sebuah momentum sejarah yang menentukan perjalanan hidup manusia sampai sekarang ini. Ia menghendaki sebuah masyarakat ideal yang bersih; yang merupakan refleksi otentik interaksinya dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai luhur, dan tata aturan (syariat) yang telah menjadi dasar kehidupan bersama. Sebab keidealan dan kebersihan sebuah masyarakat hanya mungkin terjadi jika terdapat kesesuaian antara realitas aktual dengan keyakinan (aqidah), nilai-nilai luhur (akhlaq), dan tata aturan (syariat) yang diyakini.

Cerminannya: terbangunnya kehidupan yang seimbang dan tenteram; strukturnya yang stabil dan kokoh; dan produktifitasnya laksana kebun yang pohon-pohonnya rindang dengan akar-akarnya yang kokoh menghunjam ke bumi, tertata dan terawat, enak dipandang, dan buah (kemanfaatan)-nya tidak mengenal musim, serta sekaligus menjadi tempat persemaian generasi mendatang.

Sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan tata kehidupan yang telah dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itulah yang terbukti melahirkan cita-cita ketenteraman dan kemakmuran hidup manusia. Itulah agama Nabi Ibrahim, agama Islam yang tulus dan jelas. Tidak ada yang membencinya kecuali orang yang menzhalimi, memperbodoh, dan merendahkan diri sendiri.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Ketundukannya kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan ilahiah selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang masa. “Ketika Allah berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah),” maka ia tidak pernah menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik rasa keraguan sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah itu dengan seketika dan dengan penuh ketulusan. Bahkan ketika Allah SWT memerintahkan untuk menyembelih anaknya tercinta, yang bertahun dirindui dan diharapkan kehadirannya dengan ikhtiar dan do`a berurai air mata, seujung kukupun ia tiada ragu untuk menunaikan perintah itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Ternyata keislaman Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri, ketundukannya kepada ajaran-ajaran dan syari’at Allah bukan hanya buat dirinya sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi sezamannya, melainkan untuk seluruh generasi ummat manusia. Atas dasar itulah beliau wariskan Islam dan sikap ketundukan kepadaNya untuk anak cucu sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.

4Óœ»urur !$pkÍ5 ÞO¿Ïdºtö/Î) ÏmÏ^t/ Ü>qà)÷ètƒur ¢ÓÍ_t6»tƒ ¨bÎ) ©!$# 4s"sÜô¹$# ãNä3s9 tûïÏe$!$# Ÿxsù £`è?qßJs? žwÎ) OçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÌËÈ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".Wahai anak-anakku! Sesungguhnyaa Allah telah memilih agama ini bagimu!” (QS, al-Baqarah : 132)

Ma’asyiral Muslimin!

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Apa yang diwasiatkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub tersebut jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara utuh, serta konsisten dalam merealisasikan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan inkonsistensi kepada Islam dapat menjerumuskan kehidupan kaum muslimin ke dalam lembah yang penuh nestapa dan akan menjerembabkan manusia ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Rasulullah SAW, 15 abad yang lalu memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalan tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai krisis (sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya) yang berkepanjangan.

إذا اقترب الزمان كثر لبس الطيالسة وكثرت التجارة وكثر المال وعظم رب المال وكثرت الفاحشة وكانت إمرة الصبيان وكثر النساء وجار السلطان وطفف في المكيال والميزان يربي الرجل جرو كلب خير له من أن يربي ولداً ولا يوقر كبير ولا يرحم صغير ويكثر أولاد الزنا حتى إن الرجل ليغشى المرأة على قارعة الطريق فيقول أمثلهم في ذلك الزمان: لو اعتزلتم عن الطريق، يلبسون جلود الضأن على قلوب الذئاب أمثلهم في ذلك الزمان المداهن".( الطبراني)

Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang yang berpakaian jubah, dominasi perdagangan, harta kekayaan melimpah, para pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela, kanak-kanak dijadikan pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran dan timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya daripada anaknya sendiri, tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang kecil, membiaknya anak-anak zina, sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di zaman itu hanya bisa mengatakan: tolonglah kalian menyingkir dari jalan, mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.” (HR, Thabrani)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Fenomena sosial yang dikhawatirkan Rasulullah SAW tersebut pada kenyataannya telah bermunculan di tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi ini. Kita dapat menyaksikan lahirnya manusia-manusia yang secara dzahir berpenampilan rapi, bersih, menarik, parlente, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya adalah mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan bahkan sekedar untuk dirinya sendiri. Orang-orang seperti itulah yang kemudian populer disebut politisi busuk dan birokrat tengik.

Celakanya, tampilan diri yang dapat menutupi dan mengelabui pandangan orang tentang kondisi bathin yang sesungguhnya sehingga menjalani hidup penuh dengan kepura-puraan telah menjadi realitas sosial yang membudaya. Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya yang pada akhirnya membiakkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap keamanan dan kenyamanan hidup bermasyarakat.

Tentu saja gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafiqan dan kepura-puraan di semua sektor kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat tengik, pemimpin yang tidak berkualitas yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang culas yang tidak mengindahkan norma-norma, para suami yang tidak berdaya, dan merebaknya dekadensi moral yang dilakukan masyarakat secara terang-terangan.

Dalam waktu yang sama ketidakberdayaan untuk memberantas berbagai jenis perilaku menyimpang itu telah menyerang semua lapisan masyarakat. Akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi berubah. Perilakunya telah melenceng jauh dari nilai-nilai dan aturan agama. Salah satunya adalah pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesucian diri dari segala perbuatan nista dan dari bahaya hubungan seksual di luar nikah alias zina.

Beberapa tahun lalu kita merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan seksual di luar nikah adalah sesuatu yang sangat aib dan merupakan dosa besar yang harus benar-benar dijauhi, baik oleh yang belum maupun yang sudah menikah. Pandangan ini diterima sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang seragam dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial berupa penyingkiran dari pergaulan sosial, dimusuhi, tidak mendapatkan hak-haknya sebagai warga dsb. Akibatnya, ia akan teralienasi dari masyarakatnya, merasakan kehidupan yang sempit dan tersiksa, serta merasakan sebagai pihak yang ‘terhukum’. Hal ini akan melahirkan perasaan ‘jera’ yang efektif untuk mengurangi frekuensi pengulangan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Namun lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya hidup modern dan menutupi aibnya dengan dalih sebagai ’tuntutan zaman’. Kemudian pandangan ini dipopulerkan di tengah masyarakat, sehingga terjadi perubahan-perubahan norma sosial. Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Dari mulai kejahatan politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat merasa kesulitan untuk memilah dan membedakan mana perbuatan yang baik yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat membawa kesengsaraan pada kehidupan. Mana pempimpin baik yang membina, dan mana pempimpin jahat yang membinasakan.

Kondisi seperti ini pasti akan mengobarkan dekadensi moral di mana-mana. Menurut data BKKBN: 1,6 juta calon bayi dibunuh lewat perilaku aborsi setiap tahunnya. Penelitian lain dari Pusat Informasi Keluarga Berkualitas mencatat : di Indonesia terjadi 2,5 juta aborsi setiap tahunnya, sebagiannya dilakukan oleh remaja. Menurut PKBI Wonosobo, 1/3 remaja puteri di Wonosobo telah hamil di luar nikah. Sedangkan di Yogyakarta setiap bulan ada 30 anak kos yang hamil. Di Palembang tercatat 20% mahasiswi melakukan hubungan seks pranikah. Di Surabaya, 6 dari 10 gadis tidak perawan lagi. Dalam catatan Dr. Boyke Dian Nugraha diperkirakan 20-25 persen remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Kebejatan moral seperti itu masih diperparah oleh perilaku para pemimpin bangsa yang bobrok. Mereka terus melakukan korupsi dan manipulasi, penipuan dan penyalahgunaan jabatan. Survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) pernah mencatat Indonesia sebagai negara terkorup di Asia. Sedangkan indeks korupsi versi Transparancy International (TI) juga pernah menempatkan Indonesia pada posisi ketujuh terkorup di 102 negara.

Akibatnya, dalam sektor ekonomi kita mengalami keterpurukan luar biasa yang menyebabkan kita dikangkangi sistem kapitalisme global yang terus memiskinkan bangsa-bangsa di dunia. Celakanya, sampai saat ini upaya yang dilakukan untuk keluar dari krisis yang telah mengepung bangsa ini masih belum memperlihatkan hasil sebagaimana yang diharapkan, rintisan usahanya bak keong berjalan, saat negara lain yang sama terhinggapi krisis dengan kita sudah pulih hanya dalam interval waktu 1 sampai 2 tahun, kita sudah sebelas tahun, masih belum lagi berhasil.

Lebih celaka lagi, masih terlihat keengganan bangsa ini, termasuk dari kalangan pemimpinnya, untuk kembali ke akar budayanya, yaitu Islam yang dilukiskan oleh Nabi Ibrahim sebagai satu-satunya jalan menuju pencapaian cita-cita kesejahteraan. Islam adalah satu-satunya jalan menuju masyarakat yang bersih dan berkeadilan. Mudah-mudahan Pemilu yang akan datang, dapat melahirkan transformasi kepemimpinan sehingga memunculkan pemimpin-pemimpin yang bersih dan peduli; yang dapat mengarahkan kehidupan bangsa ini ke cita-cita luhurnya, hidup aman sentosa dan makmur di bawah naungan ridha Ilahi.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Memaknai semua peristiwa di atas, serta adanya jaminan dan harapan serta ancaman Allah SWT, maka kedamaian hidup di dunia, kemakmuran dari segi ekonomi, kemajuan tekhnologi yang bermanfaat, hanya akan dapat terwujud manakala kita dapat menciptakan tatanan masyarakat yang beriman dan bertaqwa sebagaimana firman Allah :

öqs9ur ¨br& Ÿ@÷dr& #tà)ø9$# (#qãZtB#uä (#öqs)¨?$#ur $uZóstGxÿs9 NÍköŽn=tã ;M»x.tt/ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `Å3»s9ur (#qç/¤x. Mßg»tRõs{r'sù $yJÎ/ (#qçR$Ÿ2 tbqç7Å¡õ3tƒ ÇÒÏÈ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Al A`raf : 96)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Ma’asyiral muslimin hafhizhakumullahu, Nabiyullah Ibrahim AS adalah tokoh sentral yang selalu dikenang di setiap Iedul Adha dan beliau patut untuk itu, dari pengorbanan yang luar biasa dalam ketundukan kepada Allah SwT yang berwujud pada ketaatan agung tidak tertandingi mulai dari hijrah hingga keikhlasan mengorbankan puteranya dalam peristiwa penyembelihan yang berakhir dengan syariat berkurban hingga saat ini. Beliau dipanuti karena kesempurnaannya sebagai hamba Allah SwT dalam segala hal, di dalam al-Qur’an surah an-Nahl (16): 120, Allah berfirman:

¨bÎ) zOŠÏdºtö/Î) šc%x. Zp¨Bé& $\FÏR$s% °! $ZÿŠÏZym óOs9ur à7tƒ z`ÏB tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊËÉÈ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan”

Di samping sebagai Rasul utusan Allah yang sempurna menjalankan tugas berat tersebut, beliau dalam kehidupan kemanusiaannyapun berhasil mendidik istri dan keturunan beliau berjalan di atas jalan Allah. Dalam Qs. al-Baqarah (02): 132

4Óœ»urur !$pkÍ5 ÞO¿Ïdºtö/Î) ÏmÏ^t/ Ü>qà)÷ètƒur ¢ÓÍ_t6»tƒ ¨bÎ) ©!$# 4s"sÜô¹$# ãNä3s9 tûïÏe$!$# Ÿxsù £`è?qßJs? žwÎ) OçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÌËÈ

“Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Kaum Muslimin hafhizhakumullahu, kunci kesempurnaan Khalilullah (Kekasih Allah) Ibrahim AS dalam ketundukan kepada Rabbnya adalah rasa tsiqah (yakin) beliau kepada segala perintah-perintahNya, bahwa di dalamnya pasti terkandung maslahat, baik itu terlihat maupun tidak tampak, saat ini atau di kemudian hari. Rasa tsiqah ini berwujud iman dan yakin yang senantiasa memenuhi relung hati, lisan dan perbuatan beliau sehingga kalimat yang keluar di saat datang perintah adalah sebagaimana firman Allah dalam Qs. al-Baqarah (02):131,

øŒÎ) tA$s% ¼ã&s! ÿ¼çmš/u öNÎ=ór& ( tA$s% àMôJn=ór& Éb>tÏ9 tûüÏJn=»yèø9$# ÇÊÌÊÈ

“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".

Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Kaum Muslimin Rahimakumullah, dari sifat Nabiyullah Ibrahim di atas setidaknya bagi kita untuk zaman seperti sekarang ini membutuhkan dua hal penting:

1. Rasa tsiqah (yakin) kepada ketetapan Allah yang menghasilkan keimanan nan kuat akan segala janjiNya, berupa kebahagiaan bagi yang taat dan tunduk serta kebinasaan bagi yang membenci, menolak atau menggantinya.

Allah berfirman dalam Qs. Thaha (20): 75-76,

`tBur ¾ÏmÏ?ù'tƒ $YYÏB÷sãB ôs% Ÿ@ÏHxå ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNçlm; àM»y_u¤$!$# 4n?ãèø9$# ÇÐÎÈ àM»¨Zy_ 5bôtã ÌøgrB `ÏB $pkÉJøtrB ã»pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù 4 y7Ï9ºsŒur âä!#ty_ `tB 4ª1ts? ÇÐÏÈ

“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga `Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan)”.

Allahu Akbar Allahu Akbar, wa lilla hilhamd.

Kaum Muslimin yang berbahagia, syariat Allah bukanlah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan apalagi dijadikan sebagai bahan pooling pendapat untuk disetujui atau tidak, ia adalah ketetapan yang mutlak harus diterima sebab datangnya adalah dari Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui segala-galanya, Ialah satu-satunya yang mengetahui mashlahat dan mudharat bagi umat manusia, ketetapanNya penuh keadilan, hukum-hukumNya penuh kebijakan, tidaklah Ia ditanya tentang perbuatanNya sebaliknya umat manusialah yang berhak untuk itu.

Merubah satu dari ketetapan Allah, atau membenci apalagi sampai menolaknya dengan alasan apapun adalah bentuk-bentuk kekufuran yang pelakunya terancam murtad dari agama Islam, sebaliknya menerima hukum-hukumNya adalah syarat mutlak benarnya iman seseorang sebagaimana yang tersebut di dalam Qs. an-Nisaa (04): 65, Allah berfirman:

Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.

Saat ini tidak sedikit hukum Allah yang diperdebatkan, ironisnya justru oleh orang yang tidak faham akan agama sehingga tidak jarang hukum-hukum tersebut ditolak hanya dengan alasan logika yang sangat pendek, sebutlah sebagai misal hukum poligami dan larangan mengucapkan selamat kepada orang kafir pada hari raya mereka, yang ditentang oleh sebagian masyarakat kita dengan dalih tidak sesuai dengan keadaan zaman yang demokratis atau diskriminasi terhadap kaum wanita atau terkadang mengangkat dalil agama yang dipelintirkan, sehingga tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya diturunkan. Tidakkah orang-orang itu sadar bahwa yang mereka tentang adalah hukum Allah, bukan hukum buatan manusia? Tidakkah lagi ada rasa takut dalam diri kita semua jika terang-terangan menolak hukumNya?

Jika Abu Bakar as-Shiddiq saja berkata: “Langit manakah yang akan menaungiku, bumi manakah yang akan menerimaku jika aku berkata tentang al-Qur’an sesuatu yang tidak aku ketahui?” Maka kita semua akan berkata apa melihat kelakuan sebagian umat kita seperti ini tanpa ada rasa takut kepada Allah sedikitpun?

Kemanakah orang-orang beriman yang mengaku tunduk kepada Allah dan senantiasa menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar? Sadarlah wahai umat Islam dari segala musibah dan bencana yang menimpa kita selama ini bahwa ia adalah teguran Allah, akibat kelalaian dan keteledoran kita, bangkitlah dan katakan TIDAK kepada segala bentuk penentangan terhadap hukum-hukum syariat, nyata ataupun tersembunyi dengan mentakwil-takwilkannya.

{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ}

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.

2. Qudwah Shalihah atau panutan yang baik. Kita butuh kepada siapa yang bisa mewujudkan Islam hakiki dalam kehidupan sehari-harinya sebab tabiat setiap manusia memang adalah memanuti orang lain. Ia mewarisi dari Rasulullah dan para shahabat beliau sunnah yang suci dan menghidupkannya dalam perilaku lurus dan bersih, perbuatannya sesuai perkataannya, tegas dalam kebenaran dan sayang kepada pengusungnya. Itulah ia Nabi Ibrahim As.

Kaum muslimin yang berbahagia, setiap dari kita dapat menjadi panutan jika bisa menjaga perbuatan baik dan konsisten dalam menjalankan syariat Allah sebagai bentuk ketundukan kepadaNya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Qs. al-Furqan (25): 74

tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ

“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

Para mufassirin -di antaranya adalah Abdullah ibnu Abbas- berkata : “imam” artinya pemimpin yang menjadi panutan dalam kebaikan. Krisis panutan saat ini begitu terasa bagi kita kaum muslimin, walau di antara kita tidak sedikit yang punya ilmu tentang Islam atau yang begitu hebat berbicara tentang agama, namun yang menghidupkan Islam dalam kehidupannya dari semua yang ada tersebut masih sangat sedikit, bahkan terkadang justru para tokoh yang disebut “pakar” atau “cendekia” itulah yang membuat kebingungan di tengah umat akibat perkataan dan perbuatannya yang berbeda-beda atau bertentangan. Padahal seorang qudwah adalah dia yang bukan saja memberikan keteduhan kepada umat karena wejangan dan nasihatnya yang senantiasa membawa mashlahat tapi juga ketaatannya kepada Allah yang begitu besar karena rasa takut yang terpatri di dalam dadanya. Di dalam Qs. Fathir (35): 28, Allah berfirman :

$yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$#

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”.

Salah seorang tabi’in yaitu Said ibnu Jubair rahimahullah berkata : “rasa takut adalah yang menghalangi seseorang dari maksiat kepada Allah”.

Saatnya problema panutan ini diatasi dengan mendidik diri dan keturunan kita untuk tunduk dan patuh kepada ketetapan Allah dengan berislam yang utuh dan mendalam. Semoga Allah menambahkan hidayahNya buat kita semua.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd

Kepada kaum muslimah, jagalah diri dan jangan terperdaya oleh tipu muslihat kaum syahwati. Allah mengajak kita ke syurga dengan jalan yang mudah yaitu dengan menerima sepenuh hati segala ketetapanNya dalam agama ini serta melaksanakan anjuran Rasulullah SAW.

Untuk saudariku para wanita, tidak sedikit gerakan-gerakan feminis saat ini yang mengatas namakan perjuangan buat kaum wanita namun tidak diridhoi Allah SwT akibat penentangan mereka terhadap prinsip agama dan moral kaum muslimin, sadarlah bahwa hanya Islamlah satu-satunya sistem hidup yang memuliakan kaum wanita, jika anda mencari selain Islam maka justru kehidupan anda hanya akan menjadi bahan komoditas yang laku ketika masih segar namun dicampakkan setelah renta dan layu.

Buat para pemimpin negeri ini kami serukan untuk menjadikan syariat Allah SwT sebagai pedoman dalam negara, sebab tiada keberuntungan ataupun kebahagiaan kecuali dengannya. Dengannya anda mengundang keridhaan Allah SwT, Pencipta dan Penguasa alam semesta, serta dengannya pula anda dapat memberikan kesejahteraan kepada umat dan masyarakat yang anda pimpin. Kami sadar bahwa memimpin negeri ini memang sulit namun dengan bantuan Allah SwT, lalu dengan dukungan kebersamaan kaum muslimin semua amanah dan kewajiban akan dapat diatasi insya Allah. Syariat Allah SwT adalah adil dan tidak diskriminatif dapat berlaku bagi semua umat manusia yang sadar akan eksistensi dirinya sebagai makhluk, maka tidak usah takut dan khawatir akan adanya penindasan terhadap kaum minoritas, toh dalam sejarah pun hal tersebut tidak pernah terjadi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ketahuilah bahwa hari ini adalah hari suci, maka mari bersihkan diri kita dari segala kesyirikan dan dosa serta harta kita dengan bersedekah, juga mengikuti anjuran Allah SwT dan Rasulullah SAW untuk berkurban dengan menyembelih hewan kurban (udhiyah). Dan mari pula kita jadikan momentum hari ini, tidak sekedar untuk menyembelih hewannya, tapi juga menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang mungkin melekat pada diri kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.

Di penghujung khutbah ini khatib mengajak kita semua termasuk diri khatib sendiri, marilah kita jadikan momentum iedul adha kali ini, sebagai tonggak sejarah untuk memulai dan melanjutkan perjuangan menuju cita-cita bahagia di dunia dan akhirat, tentu saja dengan segala ikhtiar yang kita kerahkan, dengan tetap mengacu pada tuntunan Allah, hadist-hadis Rasulullah Muhammad SAW, dan mengikuti millah Nabiyullah Ibrahim AS.

Akhirnya tibalah kami di akhir khutbah Idul Adha ini dengan mengajak jama’ah sekalian di hari yang mulia ini, di hari yang penuh barakah ini, menundukkan hati kita masing-masing, mendekatkan diri di hadapan-Nya Yang Maha Besar dan Maha Kuasa, munajah dan berdo’a kepada-Nya Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ

Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.

Allahumma, Ya Allah, Tuhan kami

Kami yang berdo’a disini, di bumi-Mu yang subur dan indah ini, adalah hamba-hamba-Mu yang dha’if, hamba-hamba-Mu yang banyak berbuat khilaf dan dosa. Karenanya ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa kami, ampunilah juga ya Allah segala dosa orang-orang tua kami, dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminn dan mukminat di manapun mereka berada.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.

اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ

Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.

Ya Allah ya Tuhan kami, betapa kami telah menzhalimi diri kami. Nikmat-Mu alangkah besar, anugerah-Mu tak terkira, kami menghirup udara segar, kami meminum air-Mu penghapus dahaga hamba-Mu. Engkau karuniakan kami segala kenikmatan, segala kenikmatan namun terasa betapa kami tak pandai mensyukuri segala anugerah karunia-Mu itu.

Betapa tidak wahai Tuhan kami! Alangkah lemah semangat kami, alangkah beku hati kami, alangkah kelu lidah kami. Bagaikan tak berdaya membela agama-Mu, tak berdaya mengucapkan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil!

Ya Allah ya Tuhan kami, jangan Engkau biarkan kami mengembara di tengah kegelapan dan kebathilan, tanpa petunjuk-Mu, jangan biarkan kami tersesat jalan tanpa bimbingan-Mu, jangan biarkan kami tenggelam dalam keserakahan, dalam ketamakan dunia, tanpa peringatan dari-Mu, jangan Engkau biarkan kami sendiri wahai Tuhan walau sekejap sekalipun!

Jadikanlah kami ummat yang pandai bersyukur ni’mah bukan ummat yang kufur ni’mah! Anugerah-Mu Ya Allah, alangkah besar, Indonesia yang permai, sumber alam yang kaya namun bangsa ini masih jauh dari sejahtera. Kembalikanlah ya Allah sifat-sifat amanah kepada pemimpin bangsa ini, keadilan, kejujuran, penegakan hukum dan penghargaan terhadap martabat kemanusiaan.

Sahabatku, mari sejenak kita bayangkan kedua orangtua kita, bayangkan saat ini kita sedang duduk bersimpuh dihadapannya, atau dihadapan gundukan tanah kuburannya, seraya menyampaikan permohonan ampun dan maaf atas kesalahan dan kekhilafan kita sebagai anak, yang terkadang berbuat dan berkata yang menyakitkan hati mereka. Kita juga mengucapkan terima kasih atas pengorbanan yang selama ini mereka lakukan untuk kita, sampai kita menjadi seperti sekarang ini. Terlalu besar nilai perjuangan mereka menyayangi dan mendidik kita sewaktu kita kecil untuk kita lupakan. Terlalu besar pengorbanan mereka untuk kita abaikan. Allahumma ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dan dosa kedua orangtua kami. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami.

Ya Allah, ampuni sebusuk apapun diri-diri kami, ampuni sekelam apapun masa lalu kami, ampuni senista apapun aib-aib kami, ampuni orang tua kami Ya Allah, ampuni kezaliman kami kepada ibu-bapak kami selama ini, andaikata kedurhakaan kami menjadi penggelap dan penghalang rizki dalam kehidupan kami, ampuni kami.

Jadikanlah saat ini engkau takdirkan kami menjadi anak yang soleh dan solehah yang dapat menjadi cahaya kemuliaan dunia akhirat bagi kedua orang tua kami,..

Ya Allah selamatkan kedua orang tua kami yang berlumuran dosa, Islamkan yang belum Islam, beri hidayah bagi yang masih tersesat. Pertemukan bagi yang belum pernah berjumpa dengan ibu-bapaknya Ya Rahman Ya Rahim. Lapangkan kubur mereka yang telah tiada. Ya Allah, cahayai, ringankan hisabnya, jadikan mereka ahli surga-Mu Ya Allah, tolong Ya Allah, darah dagingnya melekat pada tubuh kami Ya Rahman, air matanya, keringatnya, jerih payahnya tak pernah kami indahkan dan pedulikan. Ya Rahim, golongkan kami menjadi anak yang tahu balas budi dan balas jasa Ya Allah Ya Aziz.

Rendahkanlah suara kami bagi mereka, Perindahlah ucapan kami di depan mereka. Lunakkanlah watak kami terhadap mereka dan lembutkan hati kami untuk mereka. Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya atas didikan mereka pada kami dan berikan pahala yang besar atas kesayangan yang mereka limpahkan pada kami, peliharalah mereka sebagaimana mereka memelihara kami Ya Allah, Ya Rahim. Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan, atau kesusahan yang mereka derita karena kami atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatan kami, jadikanlah itu semua penyebab gugurnya dosa-dosa mereka, meningginya kedudukan mereka dan bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Allah sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah, bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelum kami, Izinkanlah mereka memberi syafa'at untuk kami, Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diri kami, Maka izinkahlah kami memberi syafa'at untuk mereka, sehingga kami semua berkumpul Ya Allah, berilah kami peluang untuk mendekap tubuh mereka dengan dekapan kasih sayang kami,- berilah kami waktu untuk berbakti kepada mereka sebelum mereka menghadap pada-Mu, Izinkan kami membasahi tempat sujud kami dengan air mata penyesalan akan kelalaian dan kedurhakaan kami Bersama dengan santunan-Mu di tempat kediaman yang dinaungi kemulian, ampunan serta rahmat-Mu. Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Karunia Maha Agung, serta anugerah yang tak berakhir dan Engkaulah yang Maha Pengasih Di antara semua pengasih.

Ya Allah ya Tuhan kami, betapa kami telah menzhalimi diri kami. Nikmat-Mu alangkah besar, anugerah-Mu tak terkira, kami menghirup udara segar, kami meminum air-Mu penghapus dahaga hamba-Mu. Engkau karuniakan kami segala kenikmatan, segala kenikmatan namun terasa betapa kami tak pandai mensyukuri segala anugerah karunia-Mu itu.

Ya Allah, Engkau beri kami mata, tapi kami sering gunakan untuk melihat yang tidak pantas kami lihat; kami tidak menggunakannya untuk membaca ayat-ayat-Mu. Engkau beri kami telinga, tapi kami sering gunakan untuk mendengar kata yang sia-sia; kami tidak menggunakannya untuk mendengar nasehat. Engkau beri kami lidah, tapi kami sering gunakan untuk berbohong dan menggunjing; kami tidak menggunakannya untuk berdakwah, saling menasehati dalam kebenaran.

Engkau beri kami tangan, tapi kami sering gunakan untuk menzalimi orang dan menzalimi kami sendiri; kami tidak menggunakannya untuk menyingkirkan kemungkaran. Engkau beri kami kaki, tapi kami sering gunakan untuk melangkah menuju tempat maksiat; kami tidak menggunakannya untuk pergi berjihad.

Engkau beri kami akal, tapi akal itu jarang kami gunakan untuk memikirkan bagaimana berhukum dengan syari'atmu, akal kami yang liar justru sering memakainya untuk memikirkan hal-hal yang kotor dan licik.

Ya Allah, andaikata engkau cabut itu semua?

Kalau Engkau cabut mata ini, bagaimana kami bisa melihat indahnya dunia? Kalau Engkau cabut telinga ini, tentu bagi kami dunia ini akan sunyi tanpa nada dan irama? Kalau Engkau cabut lidah ini, tentu kami tak sanggup teriak minta tolong di kala ada marabahaya. Kalau Engkau cabut tangan kami, bagaimana akan menangkis serangan yang menghujam dada. Kalau Engkau cabut kaki kami, kemana kami akan berlari ketika bencana melanda. Dan kalau Engkau cabut akal kami, kami tak tahu apakah kami ini binatang atau manusia.

Ya Allah ya Tuhan kami, akhirnya kami pun memohon kepada-Mu, terimalah amal ibadah kami, shalat kami, puasa kami, zakat kami, sujud dan ruku’ kami, tilawah dan shadaqah kami, tasbih, tahmid, tahlil, takbir kami, jadikanlah ia wahai Tuhan penebus dosa-dosa kami.

Ya Rahman, ya Rahim, ya Mujibassailin, Engkau Maha Mengetahui, Engkau Maha Mengabulkan, Engkau Maha Mendengar. Kabulkanlah do’a dan permohonan kami.

رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Tidak ada komentar:

Posting Komentar