Ada sekelompok orang yang berusaha menandingi air zam-zam dengan membuat air mineral tandingan dengan beragam nama dan kandungan, ada hexagonal, ada air RO air mineral dsb. Komposisi air buatan ini dipadukan dari elemen-elemen kimiawi seperti yang terdapat pada air zam-zam. Namun setiap kali kandungan-kandungan mineral yang lumrah dijumpai pada air zam-zam dipadukan dengan maksud agar serupa dengan air zam-zam, saat itulah dari segala usaha percobaan yang mereka lakukan mengalami kegagalan. Kenyataan ini sebagai bukti kuat atas salah satu keajaiban ilahi pada air (zam-zam) ini.
Tak ketinggalan, tekhnologi modern pun telah menetapkan bahwa air zam-zam sangat berbeda jauh dengan seluruh jenis air di seluruh dunia. Bahwasanya zat-zat yang dikandung air zam-zam tidak lain berasal dari kekhususan yang diturunkan oleh Allah, halmana tak ada seorang pun di dunia ini mengetahui rahasia yang menyelimutinya meski ia tahu persis unsur-unsur mineral yang terdapat dalam air zam-zam.
Sejak beberapa tahun belakangan Dr. Muhammad Izzat Al Mahdi, beliau adalah seorang dosen geologi di Akademi Pengajaran dan Penelitian Ekosistem pada Universitas Ainu Syams Mesir melakukan riset yang menegaskan bahwa air zam-zam tak bisa ditandingi karena memiliki keistimewaan tertentu yang menjadikannya air spesial bila dibandingkan dengan berbagai jenis air di seluruh dunia ini.
Dan di antara keistimewaan- keistimewaan yang dikandung air zam-zam dari hasil riset yang beliau lakuan antara lain:
Untuk Artikel lebih lanjut
Sifat air zam-zam tidak akan membusuk dan menjadi apek. Rasa, warna dan baunya tidak pernah berubah sama sekali sebagaimana sifat madu lebah yang tidak terpengaruh oleh perubahan suhu. Berbeda jauh dari sifat berbagai jenis air lainnya, seperti air sungai, air laut, air hujan maupun air tanah. Yang demikian itu disebabkan zat-zat kimiawi air zam-zam itu sendiri yang sangat resisten terhadap serangan kuman, bakteri dan mikroba.
Sebagai tambahan, air zam-zam adalah salah satu yang termasuk kategori air mineral yang lazim dikenal oleh dunia sebagai bahan terapi pengobatan. Dan sebagian keajaiban air zam-zam, yaitu rasanya yang manis sedangkan unsur garamnya sangat tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bagi siapa saja yang telah meneguknya tidak akan merasa keasinan meski kadar garamnya sangat tinggi. Seandainya kadar garam air zam-zam ini terdapat pada jenis air lainnya niscaya tak seorang pun sanggup untuk meminumnya.
Ini merupakan bagian kecil dari berlimpahnya keistimewaan air zam-zam halmana Rasulullah sendiri telah menegaskan dalam sabdanya semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu:
“Sebaik-baik air di permukaan bumi adalah air zam-zam yang dapat dipakai sebagai makanan yang mengenyangkan dan sebagai obat dari berbagai penyakit.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alahi wa Sallam juga bersabda:
“Air zam-zam tergantung dari niat yang meminumnya. Bila engkau meminumnya dengan mengharapkan kesembuhan niscaya Allah akan mengobatimu. Dan jika engkau meminumnya agar menghilangkan rasa lapar, Allah akan mengenyangkanmu. Dan jika engkau meminumnya sebagai pelepas dahagamu, maka Allah akan menghilangkan rasa hausmu. Ia tak lain adalah galian Jibril dan minuman Ismail dari Allah.” Yakni pada awalnya Allah mengeluarkannya dari perut bumi untuk memberi minum Ismail.
Disyariatkan bagi siapa saja agar meminum air zam-zam seusai melakukan thawaf di Ka’bah dan shalat dua raka’at di Maqam Ibrahim. Seorang ulama bernama Abdullah bin Al Mubarak pada suatu kesempatan mampir di sumur zam-zam untuk dapat minum air zam-zam. Sesaat sebelum minum beliau menghadap kiblat seraya berucap: “Air zam-zam tergantung dari niat orang yang meminumnya. Saat ini aku akan minum air zam-zam dengan tujuan agar aku tidak akan pernah kehausan pada hari kiamat kelak”. Lalu beliau pun minum.
Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantara Nabi-Nabi-Nya berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat (HPT hal. 276).
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat (HPT hal. 276).
Secara umum Islam adalah nama agama Allah (dienullah) yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam as. sampai kepada Nabi Muhammad saw. (3:19, 83-85; 2:132).
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS. Ali-Imran : 19)
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali-Imran : 83-85)
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al-Baqarah / 2: 132).
Secara khusus Islam adalah nama diri dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yang merupakan mata rantai terakhir dari rantaian dienullah. Atau dengan kata lain Islam secara khusus adalah dienullah yang telah disempurnakan dan dinyatakan sebagai agama yang diridhai-Nya untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman nanti (5:3)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah : 3)
Beberapa ciri khusus agama Islam (khashaishul Islam) :
a.Agama Allah {bersumber dari Allah SWT baik berupa wahyu langsung (Al-
Qur’an) maupun tidak langsung (Sunnah Nabawiyah)} (39:2; 32:2).
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A`raf : 179)
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqman : 20).
f.Menjadi rahmat bagi alam semesta (21:107).
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya` : 107)
g.Berorientasi ke masa depan (akhirat) tanpa melupakan masa kini (dunia)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash : 77).
h.Menjanjikan al-Jaza’ (surga bagi yang beriman dan neraka bagi yang kufur)
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”
Taqwa, kata-kata ini teramat sering kita dengar dalam keseharian kita, bahkan kata itu menjadi salah satu rukun yang mesti diwasiatkan oleh setiap khatib dalam khutbahnya. Pada banyak kesempatan kita mendapat motivasi untuk menjadikan diri kita sebagai hamba yang bertaqwa, yang membuktikan bahwa taqwa itu memang suatu hal yang penting dan mengandung nilai yang sangat tinggi. Kali ini kita akan coba lihat apa saja buah yang akan diperoleh oleh orang yang bertaqwa itu dari sisi Allah SwT, antara lain :
a. Akan mendapatkan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dengan yang bathil, benar dengan salah, halal dengan haram, dan terpuji dengan tercela). Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat 29 : ”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al-Anfal (8) : 29)
b. Mendapat limpahan berkat dari langit dan bumi. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 96 : ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". (QS. Al-A`raf (7) : 96)
c. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 2 : ”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan kepadanya jalan keluar” (QS. At-Thalaq (65) : 2)
d. Mendapatkan rizki dari arah yang tak terduga. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq : 3 ”Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (QS. At-Thalaq : 3)
e. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 4 : ”Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya” (QS. At-Thalaq (65) : 4)
f. Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta akan mendapatkan pahala yang besar. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 5: ”dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya” (QS. At-Thalaq (65) : 5)
g. Akan dibebaskan dari kekhawatiran dan duka cita. Allah berfirman dalam surat al-A’raf : 35 Artinya: ”maka barang siapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka berduka cita.” (QS. Al-A`raf (7) : 35)
Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam hingga terbitnya matahari dari tempat terbenamnya [1]) “(Muslim)
“ Allah ta’ala berfirman : Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu apapun yang ada pada dirimu. Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu menjulang ke langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau menda-tangi-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku sedikitpun maka aku akan memberimu ampunan sepenuh bumi “ (Shahih Turmudzi)
3) التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ[صحيح ابن ماجه]
“ Orang yang bertaubat dari dosanya bagaikan orang yang tidak punya dosa sama sekali “
Setiap yang bernyawa adalah calon mati. Kematian merupakan sebuah kemestian yang harus siap dihadapi oleh setiap orang, karena kita ini adalah "camat" . Allah -Ta’ala- berfirman di dalam Al-Qur’an Al-Karim,
Kullu nafsin dzaa iqatul mawut.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian (QS. Al Imran:185)
Ya, setiap yang berjiwa itu akan mati. Apakah kematian itu? apakah kita pernah berpikir tentang "perusak segala kenikmatan" dan segala misterinya itu? Apakah kita merasa diperingatkan dan dinasehati olehnya, ketika ia mengambil dan mencabut kenikmatan-kenikmatan itu; ia melangkahi kita untuk mendatangi orang lain dan esok ia akan mendatangi kita?
Jadi, semua orang akan mati; kita telah melihat dan mendengarnya. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu mengambil peringatan dari orang lain, atau mungkin kita lupa akan ungkapan populer: “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat”.
Hendaklah kita mempersiapkan dengan seluruh desah nafas, sehingga kita menjadi orang yang apabila berada di pagi hari, dia tidak menunggu waktu sore; apabila berada di sore hari, kita tidak menunggu waktu pagi. Namun sentiasa beramal sholeh untuk mengisi setiap jam yang sedang kita dijalani, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ketika mendengar Rasulullah bersabda, “kun fiid dunya ka annaka ghariibun aw abiiru sabiil” "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara".
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambaliy berkata, “Sesungguhya seorang mukmin tidak sepantasnya untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dan merasa tenang di dalamnya akan tetapi sepatutnya dia di dalam dunia ini bagaikan orang yang sedang melakukan perjalanan” (Jami’ul Ulum wal Hikam (hal. 379)
Hadirin, kita adalah para calon penghuni kubur, apa yang menyebabkan kita terpedaya oleh dunia? Bukankah kita tahu bahwa kita akan meninggalkan dunia ini dan dunia akan meninggalkan kita? Pada waktu itu lihatlah, bagaimana rumah kita yang megah, pakaian yang indah, aroma wewangian, para sahabat dan keluaga kita? Bagaimana keadaan wajah yang tampan, kulit yang halus, tangan dan kaki kita yang kukuh ini setelah tiga hari di kubur? Saat itu tubuh kita telah ditumbuhi ulat dan cacing, mengoyak kain kafan, menghapuskan warna, memakan daging, masuk ke dalam tulang, mencerai-beraikan anggota tubuh, merobek sendi-sendi, melelehkan biji mata dan pipi kita.
“Aktsiruu dzikra haadzammulladzaati, ya’niil mawut” “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian”.[HR. At-Tirmidziy (2307), An-Nasa’iy (1824), dan Ibnu Majah (4258). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1607)]
Cukuplah kematian membuat hati besedih, menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan dunia, pemutus segala angan-angan. Kita mungkin sering berpaling dari Allah, atau sedang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, kita juga mungkin adalah orang yang setiap kali dinasehati, tapi nasehat itu ditolak oleh hawa nafsu kita, kita mungkin adalah orang yang dilalaikan oleh nafsu dan tertipu oleh angan-angan yang panjang, tahukah kita apa yang akan terjadi pada diri kita di saat kematian? Mungkin kita bergumam dalam hati, “jika tiba masa itu, maka saya akan mengucapkan la ilaha illallah”. Belum tentu bias demikian kaum muslimin.!! Jika kita masih tetap lalai dan berpaling dari Allah hingga tiba saat kematian, tentu kita tidak akan mengucapkan kalimat tauhid itu, bahkan mungkin kita akan berharap untuk dihidupkan kembali.
Kaum muslimin, kemana kita akan lari?? Apakah kita akan mendaki gunung yang tinggi, atau menyelami lautan yang dalam, ataukah bersembunyi di benteng yang kokoh supaya dapat lolos dari intaian Malaikat Maut? Kaum muslimin, kita tidak akan dapat melarikan diri dari maut, sebab Rabb kita berkata : “Ainamaa takuunu yudrikkumul mauutu, walau kuntum fii buruujinmusaiyyadah” "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh" (QS. An-Nisa : 78)
Jika pada waktu itu jiwa kita dicabutNya, sementara kebanyakan dari kita membiarkan hari-hari yang kita lalui lewat begitu saja, sedangkan kita tenggelam dalam lautan kelalaian dan gelombang panjang angan-angan. Mari kita bertaubat, sebelum datangnya hari yang telah dijanjikan dan kemudian kita berkata, “Rabbanaa ajjirnaa ilaa ajalin qariibinnujib da’waataka wanattabii’irrusul” "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia), walaupun sebentar saja. Niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-Rasul….". (QS. Ibrahim : 44)
Lalu saat itu kita mendapat jawaban, “alam takun aayaati, tutlaa ‘alaikum fakuntum bihaa tukadzibuun” "Bukankah ayat-ayatku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?" (QS. Al Mukminun :105)
Sungguh jika maut telah datang, maka ia tidak akan menangguhkan kita untuk bertaubat. Dia tidak dapat diundur, walaupun hanya sehari, sejam, bahkan sedetik pun. “Faidzaa jaa a ajaluhun laa yastakhiruuna saa`ah,wala yastaqdimuun” "Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapar mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula memajukannya". (QS. An-Nahl :61)
Kaum muslimin,
Suatu hal yang patut kita renungi adalah bekal kita untuk menghadapi kematian ini. Seorang yang cerdik akan mempersiapkan berbagai amalan yang dapat menyelamatkan dirinya dari huru-hara kematian dan padang mahsyar. Rasulullah bersabda : "Mukmin yang paling cerdik adalah yang paling banyak mengingat mati, dan paling baik persiapannya untuk mati. Itulah orang cerdik". [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4259). Di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1384)]
Pernahkah kita mengitung diri atas apa yang telah kita ucapkan dan kita perbuat? mari segera kita jawab sebelum datang waktunya bagi kita untuk mengucapkan, “Qaala rabbirji`uuni, la`allaii a`malu shaalihan fiima taraktu” “Ya Rabbku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang aku tinggalkan” Kemudian kita dapat jawaban, “Kallaa, innahaa kaliimatun huwaa qaa iluha, wa min rabbihim barzaaghu ilaa yaumi yub`asyuun” “Sekali-sekali tidak sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun:99-100)
Kaum muslimin, marilah kita semua bertaubat, semua anak Adam pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat.
Kaum muslimin, janganlah kita merasa aman ketika menuju pembaringan. Boleh jadi dia adalah tidur terakhir kita di dunia; dan tidak bangun lagi setelahnya, dan ketika bangun tahu-tahu kita telah berada di dalam kubur. Selayaknya kita bersiap-siap selagi masih berada di dunia ini. Siapkanlah bekal aqidah, iman, ibadah, dan akhlaq yang baik, didasari ilmu wahyu dari Al-Qur’an, dan sunnah. Itulah yang akan mempermudah jawan kita di alam kubur, dan padang mahsyar. Semoga Allah -Ta’ala- menolong kita untuk selalu berzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan memperbaiki ibadah hanya kepada-Nya.
Nabi SAW bersabda, “Qadama `abdin yaumal qiyaamah, hattaa yus ala `an umrihi fiima afnahu, wa `an `ilmihi fiima fa`ala, wa `an maalihi min aynaktasabahu wa fiima anfaqahu, wa `an jismihi fiima ibla-i tazuulu” "Tak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanyai tentang umurnya dimana ia habiskan; tentang ilmunya dalam perkara apa ia gunakan; hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infaqkan; dan tentang jasadnya dimana ia gunakan". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2417),Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (537), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (111). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (126)]
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih). Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya : “Qul inna shalaati wanusuki wamahyaaya wamamati lillaahi rabbil ‘alamiin” "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam" (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da'wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar). Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda : "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh) Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur'an. “Wa innaka la’ala ghuluqin ‘adziim” "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. Al- Qalam : 4)
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani) Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir) Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas). Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya : "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS. Al-Baqarah : 219) Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya : “Qul, hal yastawilladzii na la ya’lamuuna. Innama yatazakkaruu uulul albaabi” Katakanlah : "samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?"', sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS. Az-Zumar : 9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu) Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)" (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu) Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu". Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan) Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Nafi'un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain) Nafi'un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan sunnah. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing. ********