Rabu, 21 Oktober 2009

TAUBAT NASUHA

Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat
marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat
kembali kepada- Nya.

Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad
telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak
Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa
adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."

Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana
terhadap keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah. Dengan segala
rahmat-Nya, Allah memberikan jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan
rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima
Taubat. Seperti diterangkan dalam surat Al Baqarah: 160

“wa-ana-ttawwa-bur-rahi-m

"Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firmanya dalam surat Al-Baqarah : 222 :

Innalla-ha yuhibbu-tawwabi-na wayuhibbul mutatha-hiri-na

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri."

Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka
luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi
hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis
riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."

Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan
dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang. Tepatlah kiranya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat : 133,

"Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Tahrim: 66 : 8

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqç/qè? n<Î) «!$# Zpt/öqs? %·nqÝÁ¯R 4Ó|¤tã öNä3š/u br& tÏeÿs3ムöNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy öNà6n=Åzôãƒur ;M»¨Zy_ ÌøgrB `ÏB $ygÏFøtrB ã»yg÷RF{$# tPöqtƒ Ÿw Ìøƒä ª!$# ¢ÓÉ<¨Z9$# z`ƒÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB ( öNèdâqçR 4Ótëó¡o šú÷üt/ öNÍkÉ÷ƒr& öNÍkÈ]»yJ÷ƒr'Î/ur tbqä9qà)tƒ !$uZ­/u öNÏJø?r& $uZs9 $tRuqçR öÏÿøî$#ur !$uZs9 ( y7¨RÎ) 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖƒÏs%

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni- murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".

Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi di masa medatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: "Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya". Di bulan pengampunan, Ramadhan yang "Syahrul Maghfirah" ini adalah saat yang tepat untuk kita bertaubat. Bagi yang sudah bertaubat mari memperbarui taubatnya dan yang belum taubat mari bergegas kepada ampunan Allah. 10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan) sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Haurairah "Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka" (H.R. Ibnu Khuzaimah).

BIRRUL WALIDAIN

Birrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa bathinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia. Wajibatul walid (kewajiban orang tua) ialah orang tua berkewajiban mempersiapkan anak-anaknya agar berbakti kepadanya. Sabda Rasulullah "Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk bisa berbakti kepadanya".

Keutamaan-keutamaan dari Birrul Walidain

1. Ahabbul 'amali illalahi ta'ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)

Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas'ud ra "Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah?" Rasulullah bersabda " Shalat tepat pada waktunya". Kemudian aku tanya lagi "Apa lagi selain itu?" bersabda Rasulullah "Berbakti kepada kedua orang tua" Aku tanya lagi " Apa lagi ?". Jawab Rasulullah " Jihad dijalan Allah". Ini berarti diantara 2 amal yang paling dicintai Shalat tepat waktu dan jihad fisabilillah tidak berarti jika durhaka kepada orang tua. Ini dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menolak salah seorang sahabat untuk berjihad dijalan Allah karena belum mendapat ridha orang tua. Akhirnya Rasulullah memperintahkan sahabat tsb untuk segera pulang memperbaiki hubungan dengan kedua orang tuanya.

2. Laisajaza an min waladin ila waladih (Bakti kepada orang tua bukanlah merupakan suatu balas budi)

Seseorang anak tidak akan dapat membalas jasa kedua orang tua. Sebagaimana dalam hadist "Tidak akan dapat membalas seorang anak kepada orang tuanya melainkan anak itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba sahaya lalu dia membelinya kemudian memerdekakannya".


3. Al ummu hiya ahaqqu suhbah (perioritas untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari kedua orang tua ialah ibu)

Dikisahkan seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah "Siapakah yang lebih berhak diantara manusia yang paling harus aku perlakukan secara baik?" menjawab Rasulullah "Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Menjawab Rasulullah "Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah "Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Barulah Rasulullah menjawab "Bapakmu". Dalam Qs. Luqman ayat 14 Allah memerintahkan :

“wa washainal insa-na bi wa-lidaihi hamalat hu ummuhu wahnan `ala wahnin wa fi sha-luhu, fi-`amaini anisykurli- waliwa lidaika ilaiyal mashi-r”

"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu."


4.Makruman bi ibadatillah (Berbakti kepada orang tua dibarengi dengan ibadah kepada Allah SWT)

Qur`an surat Al Israa' ayat 23 yang berbunyi :

“wa qadha-rabbuka alla ta`budu illa iyya-hu wabil wa-lidaini ihsa-na, imma yablughanna `indakal kibara ahadu huma awkila-huma, fala taqul-lahuma uffin, wala tanhar huma wa qul-lahuma qaulan kari-ma”

Artinya : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

Disini Allah memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua serta melarang perkataan "ah" dan membentak kepada keduanya dan mengucapkan perkataan yang mulia. Ayat ini mengartikan bahwa berbakti kepada orang tua sama wajibnya dengan ibadah kepada Allah SWT.

UNSUR-UNSUR WALIDAIN

Seorang anak ketika ingin berbakti kepada kedua orang tuanya harus bersikap atau berakhlak yang terkait dengan unsur-unsur Birrul Walidain. Jika unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi maka `uququl walidain (durhaka kepada orang tua). Unsur-unsur Birrul Walidain yaitu :

1. Al muhaqodhotu `alal qaul

Seorang anak hendaknya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 : 23.

“wa qadha-rabbuka alla ta`budu illa iyya-hu wabil wa-lidaini ihsa-na, imma yablughanna `indakal kibara ahadu huma awkila-huma, fala taqul-lahuma uffin wala tanhar huma wa qul-lahuma qaulan kari-ma”

Artinya : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

2. Khofdul Jannah

Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaimana mereka mengasihinya waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa' ayat 24.

“waghfidh lahuma jana-hadzulli minar-rahmati, wa qul rabbi-rhamhuma kama rabbaya-ni shaghira”

Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".

3. Atto'ah Almushahabah

Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan yang sangat syar'i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. Luqman : 15

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan."

4. Sabatulbirri ba'da wafatihima

Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah keduanya meninggal dunia. Dalam surat An Najm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan sholehah.

"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna"

Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika datang seseorang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata "Ya Rasulullah apakah masih ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?" Rasulullah dengan tegas menjawab "Ya, masih ada". Ada 5 hal yang harus dijalankan seorang anak agar berbakti kepada orang tua yang telah meninggal :

a. Asshalatu 'alaihima (berdo'a untuk keduanya)

b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)

c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)

d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)

e.Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahim kepada orang-orang yang tidak ada hubungan silaturahim kecuali melalui wasilah kedua orang tua)

Jumat, 11 September 2009

KEISTIMEWAAN AIR ZAM-ZAM

KEISTIMEWAAN AIR ZAM-ZAM

Ada sekelompok orang yang berusaha menandingi air zam-zam dengan membuat air mineral tandingan dengan beragam nama dan kandungan, ada hexagonal, ada air RO air mineral dsb. Komposisi air buatan ini dipadukan dari elemen-elemen kimiawi seperti yang terdapat pada air zam-zam. Namun setiap kali kandungan-kandungan mineral yang lumrah dijumpai pada air zam-zam dipadukan dengan maksud agar serupa dengan air zam-zam, saat itulah dari segala usaha percobaan yang mereka lakukan mengalami kegagalan. Kenyataan ini sebagai bukti kuat atas salah satu keajaiban ilahi pada air (zam-zam) ini.

Tak ketinggalan, tekhnologi modern pun telah menetapkan bahwa air zam-zam sangat berbeda jauh dengan seluruh jenis air di seluruh dunia. Bahwasanya zat-zat yang dikandung air zam-zam tidak lain berasal dari kekhususan yang diturunkan oleh Allah, halmana tak ada seorang pun di dunia ini mengetahui rahasia yang menyelimutinya meski ia tahu persis unsur-unsur mineral yang terdapat dalam air zam-zam.

Sejak beberapa tahun belakangan Dr. Muhammad Izzat Al Mahdi, beliau adalah seorang dosen geologi di Akademi Pengajaran dan Penelitian Ekosistem pada Universitas Ainu Syams Mesir melakukan riset yang menegaskan bahwa air zam-zam tak bisa ditandingi karena memiliki keistimewaan tertentu yang menjadikannya air spesial bila dibandingkan dengan berbagai jenis air di seluruh dunia ini.

Dan di antara keistimewaan- keistimewaan yang dikandung air zam-zam dari hasil riset yang beliau lakuan antara lain:

Untuk Artikel lebih lanjut

Sifat air zam-zam tidak akan membusuk dan menjadi apek. Rasa, warna dan baunya tidak pernah berubah sama sekali sebagaimana sifat madu lebah yang tidak terpengaruh oleh perubahan suhu. Berbeda jauh dari sifat berbagai jenis air lainnya, seperti air sungai, air laut, air hujan maupun air tanah. Yang demikian itu disebabkan zat-zat kimiawi air zam-zam itu sendiri yang sangat resisten terhadap serangan kuman, bakteri dan mikroba.

Sebagai tambahan, air zam-zam adalah salah satu yang termasuk kategori air mineral yang lazim dikenal oleh dunia sebagai bahan terapi pengobatan. Dan sebagian keajaiban air zam-zam, yaitu rasanya yang manis sedangkan unsur garamnya sangat tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bagi siapa saja yang telah meneguknya tidak akan merasa keasinan meski kadar garamnya sangat tinggi. Seandainya kadar garam air zam-zam ini terdapat pada jenis air lainnya niscaya tak seorang pun sanggup untuk meminumnya.

Ini merupakan bagian kecil dari berlimpahnya keistimewaan air zam-zam halmana Rasulullah sendiri telah menegaskan dalam sabdanya semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu:

Sebaik-baik air di permukaan bumi adalah air zam-zam yang dapat dipakai sebagai makanan yang mengenyangkan dan sebagai obat dari berbagai penyakit.”

Rasulullah Shalallahu ‘Alahi wa Sallam juga bersabda:

“Air zam-zam tergantung dari niat yang meminumnya. Bila engkau meminumnya dengan mengharapkan kesembuhan niscaya Allah akan mengobatimu. Dan jika engkau meminumnya agar menghilangkan rasa lapar, Allah akan mengenyangkanmu. Dan jika engkau meminumnya sebagai pelepas dahagamu, maka Allah akan menghilangkan rasa hausmu. Ia tak lain adalah galian Jibril dan minuman Ismail dari Allah.” Yakni pada awalnya Allah mengeluarkannya dari perut bumi untuk memberi minum Ismail.

Disyariatkan bagi siapa saja agar meminum air zam-zam seusai melakukan thawaf di Ka’bah dan shalat dua raka’at di Maqam Ibrahim. Seorang ulama bernama Abdullah bin Al Mubarak pada suatu kesempatan mampir di sumur zam-zam untuk dapat minum air zam-zam. Sesaat sebelum minum beliau menghadap kiblat seraya berucap: “Air zam-zam tergantung dari niat orang yang meminumnya. Saat ini aku akan minum air zam-zam dengan tujuan agar aku tidak akan pernah kehausan pada hari kiamat kelak”. Lalu beliau pun minum.

========================+++++======================

dari milis As-Sunnah

Minggu, 30 Agustus 2009

Dienul Islam

DIEN AL-ISLAM

A. Pengertian Tentang Dien al-Islam

  1. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantara Nabi-Nabi-Nya berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat (HPT hal. 276).
  2. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat (HPT hal. 276).
  3. Secara umum Islam adalah nama agama Allah (dienullah) yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam as. sampai kepada Nabi Muhammad saw. (3:19, 83-85; 2:132).

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS. Ali-Imran : 19)

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali-Imran : 83-85)

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al-Baqarah / 2: 132).

  1. Secara khusus Islam adalah nama diri dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yang merupakan mata rantai terakhir dari rantaian dienullah. Atau dengan kata lain Islam secara khusus adalah dienullah yang telah disempurnakan dan dinyatakan sebagai agama yang diridhai-Nya untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman nanti (5:3)

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah : 3)

  1. Beberapa ciri khusus agama Islam (khashaishul Islam) :

a. Agama Allah {bersumber dari Allah SWT baik berupa wahyu langsung (Al-

Qur’an) maupun tidak langsung (Sunnah Nabawiyah)} (39:2; 32:2).

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A`raf : 179)

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqman : 20).

f. Menjadi rahmat bagi alam semesta (21:107).

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya` : 107)

g. Berorientasi ke masa depan (akhirat) tanpa melupakan masa kini (dunia)

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash : 77).

h. Menjanjikan al-Jaza’ (surga bagi yang beriman dan neraka bagi yang kufur)

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”

(QS. Al-Bayyinah : 6-8)

Sabtu, 29 Agustus 2009

Hikmah Taqwa

HIKMAH TAQWA
Taqwa, kata-kata ini teramat sering kita dengar dalam keseharian kita, bahkan kata itu menjadi salah satu rukun yang mesti diwasiatkan oleh setiap khatib dalam khutbahnya. Pada banyak kesempatan kita mendapat motivasi untuk menjadikan diri kita sebagai hamba yang bertaqwa, yang membuktikan bahwa taqwa itu memang suatu hal yang penting dan mengandung nilai yang sangat tinggi.
Kali ini kita akan coba lihat apa saja buah yang akan diperoleh oleh orang yang bertaqwa itu dari sisi Allah SwT, antara lain :

a. Akan mendapatkan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dengan yang bathil, benar dengan salah, halal dengan haram, dan terpuji dengan tercela). Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat 29 :
”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al-Anfal (8) : 29)

b. Mendapat limpahan berkat dari langit dan bumi. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 96 :
”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". (QS. Al-A`raf (7) : 96)

c. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 2 :
”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan kepadanya jalan keluar” (QS. At-Thalaq (65) : 2)

d. Mendapatkan rizki dari arah yang tak terduga. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq : 3
”Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (QS. At-Thalaq : 3)

e. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 4 :
”Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya” (QS. At-Thalaq (65) : 4)

f. Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta akan mendapatkan pahala yang besar. Allah berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 5:
”dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya” (QS. At-Thalaq (65) : 5)

g. Akan dibebaskan dari kekhawatiran dan duka cita. Allah berfirman dalam surat al-A’raf : 35
Artinya: ”maka barang siapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka berduka cita.” (QS. Al-A`raf (7) : 35)


TAUBAT

TAUBAT

قال الله تعالى : وَتُوْبُوْا إِلىَ اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ [النور : 31]

“ Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung “ (An Nur 31)

1) إِنَّ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءَ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءَ الَّليْلِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا [رواه مسلم]

Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam hingga terbitnya matahari dari tempat terbenamnya [1]) (Muslim)

2) قال الله تعالى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَــوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَـرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لأَتَـيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [صحيح الترمذي]

“ Allah ta’ala berfirman : Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu apapun yang ada pada dirimu. Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu menjulang ke langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau menda-tangi-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku sedikitpun maka aku akan memberimu ampunan sepenuh bumi “ (Shahih Turmudzi)

3) التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ [صحيح ابن ماجه]

“ Orang yang bertaubat dari dosanya bagaikan orang yang tidak punya dosa sama sekali “

shahih Ibnu Majah)

4) لَوْ أَخْطَأْتـُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ عَنَانَ السَّمَاءِ، ثُمَّ تُبْتُمْ، لَتَابَ عَلَيْكُمْ [صحيح ابن ماجة]

“ Seandainya kalian melakukan kesalahan-kesalahan sepenuh langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan diterima ” (Shahih Ibnu Majah)



1. Maksudnya hari kiamat (penterjemah)

Disalin dari buku Pintu-Pintu Pahala dan Penghapus Dosa Karya Abdur Rohman Al Jami` terjemahan oleh Abdulloh Haidir LC

Minggu, 31 Mei 2009

Nasehat Buat Orang Hidup

Nasehat Buat Orang Hidup

Setiap yang bernyawa adalah calon mati. Kematian merupakan sebuah kemestian yang harus siap dihadapi oleh setiap orang, karena kita ini adalah "camat" . Allah -Ta’ala- berfirman di dalam Al-Qur’an Al-Karim,

Kullu nafsin dzaa iqatul mawut.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian (QS. Al Imran:185)

Ya, setiap yang berjiwa itu akan mati. Apakah kematian itu? apakah kita pernah berpikir tentang "perusak segala kenikmatan" dan segala misterinya itu? Apakah kita merasa diperingatkan dan dinasehati olehnya, ketika ia mengambil dan mencabut kenikmatan-kenikmatan itu; ia melangkahi kita untuk mendatangi orang lain dan esok ia akan mendatangi kita?

Jadi, semua orang akan mati; kita telah melihat dan mendengarnya. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu mengambil peringatan dari orang lain, atau mungkin kita lupa akan ungkapan populer: “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat”.

Hendaklah kita mempersiapkan dengan seluruh desah nafas, sehingga kita menjadi orang yang apabila berada di pagi hari, dia tidak menunggu waktu sore; apabila berada di sore hari, kita tidak menunggu waktu pagi. Namun sentiasa beramal sholeh untuk mengisi setiap jam yang sedang kita dijalani, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ketika mendengar Rasulullah bersabda, “kun fiid dunya ka annaka ghariibun aw abiiru sabiil” "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara".

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambaliy berkata, “Sesungguhya seorang mukmin tidak sepantasnya untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dan merasa tenang di dalamnya akan tetapi sepatutnya dia di dalam dunia ini bagaikan orang yang sedang melakukan perjalanan” (Jami’ul Ulum wal Hikam (hal. 379)

Hadirin, kita adalah para calon penghuni kubur, apa yang menyebabkan kita terpedaya oleh dunia? Bukankah kita tahu bahwa kita akan meninggalkan dunia ini dan dunia akan meninggalkan kita? Pada waktu itu lihatlah, bagaimana rumah kita yang megah, pakaian yang indah, aroma wewangian, para sahabat dan keluaga kita? Bagaimana keadaan wajah yang tampan, kulit yang halus, tangan dan kaki kita yang kukuh ini setelah tiga hari di kubur? Saat itu tubuh kita telah ditumbuhi ulat dan cacing, mengoyak kain kafan, menghapuskan warna, memakan daging, masuk ke dalam tulang, mencerai-beraikan anggota tubuh, merobek sendi-sendi, melelehkan biji mata dan pipi kita.

“Aktsiruu dzikra haadzammulladzaati, ya’niil mawut” “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian”.[HR. At-Tirmidziy (2307), An-Nasa’iy (1824), dan Ibnu Majah (4258). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1607)]

Cukuplah kematian membuat hati besedih, menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan dunia, pemutus segala angan-angan. Kita mungkin sering berpaling dari Allah, atau sedang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, kita juga mungkin adalah orang yang setiap kali dinasehati, tapi nasehat itu ditolak oleh hawa nafsu kita, kita mungkin adalah orang yang dilalaikan oleh nafsu dan tertipu oleh angan-angan yang panjang, tahukah kita apa yang akan terjadi pada diri kita di saat kematian? Mungkin kita bergumam dalam hati, “jika tiba masa itu, maka saya akan mengucapkan la ilaha illallah”. Belum tentu bias demikian kaum muslimin.!! Jika kita masih tetap lalai dan berpaling dari Allah hingga tiba saat kematian, tentu kita tidak akan mengucapkan kalimat tauhid itu, bahkan mungkin kita akan berharap untuk dihidupkan kembali.

Kaum muslimin, kemana kita akan lari?? Apakah kita akan mendaki gunung yang tinggi, atau menyelami lautan yang dalam, ataukah bersembunyi di benteng yang kokoh supaya dapat lolos dari intaian Malaikat Maut? Kaum muslimin, kita tidak akan dapat melarikan diri dari maut, sebab Rabb kita berkata : “Ainamaa takuunu yudrikkumul mauutu, walau kuntum fii buruujinmusaiyyadah” "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh" (QS. An-Nisa : 78)

Jika pada waktu itu jiwa kita dicabutNya, sementara kebanyakan dari kita membiarkan hari-hari yang kita lalui lewat begitu saja, sedangkan kita tenggelam dalam lautan kelalaian dan gelombang panjang angan-angan. Mari kita bertaubat, sebelum datangnya hari yang telah dijanjikan dan kemudian kita berkata, “Rabbanaa ajjirnaa ilaa ajalin qariibinnujib da’waataka wanattabii’irrusul” "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia), walaupun sebentar saja. Niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-Rasul….". (QS. Ibrahim : 44)

Lalu saat itu kita mendapat jawaban, “alam takun aayaati, tutlaa ‘alaikum fakuntum bihaa tukadzibuun” "Bukankah ayat-ayatku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?" (QS. Al Mukminun :105)

Sungguh jika maut telah datang, maka ia tidak akan menangguhkan kita untuk bertaubat. Dia tidak dapat diundur, walaupun hanya sehari, sejam, bahkan sedetik pun. “Faidzaa jaa a ajaluhun laa yastakhiruuna saa`ah,wala yastaqdimuun” "Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapar mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula memajukannya". (QS. An-Nahl :61)

Kaum muslimin,

Suatu hal yang patut kita renungi adalah bekal kita untuk menghadapi kematian ini. Seorang yang cerdik akan mempersiapkan berbagai amalan yang dapat menyelamatkan dirinya dari huru-hara kematian dan padang mahsyar. Rasulullah bersabda : "Mukmin yang paling cerdik adalah yang paling banyak mengingat mati, dan paling baik persiapannya untuk mati. Itulah orang cerdik". [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4259). Di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1384)]

Pernahkah kita mengitung diri atas apa yang telah kita ucapkan dan kita perbuat? mari segera kita jawab sebelum datang waktunya bagi kita untuk mengucapkan, “Qaala rabbirji`uuni, la`allaii a`malu shaalihan fiima taraktu” “Ya Rabbku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang aku tinggalkan” Kemudian kita dapat jawaban, “Kallaa, innahaa kaliimatun huwaa qaa iluha, wa min rabbihim barzaaghu ilaa yaumi yub`asyuun” “Sekali-sekali tidak sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun:99-100)

Kaum muslimin, marilah kita semua bertaubat, semua anak Adam pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat.

Kaum muslimin, janganlah kita merasa aman ketika menuju pembaringan. Boleh jadi dia adalah tidur terakhir kita di dunia; dan tidak bangun lagi setelahnya, dan ketika bangun tahu-tahu kita telah berada di dalam kubur. Selayaknya kita bersiap-siap selagi masih berada di dunia ini. Siapkanlah bekal aqidah, iman, ibadah, dan akhlaq yang baik, didasari ilmu wahyu dari Al-Qur’an, dan sunnah. Itulah yang akan mempermudah jawan kita di alam kubur, dan padang mahsyar. Semoga Allah -Ta’ala- menolong kita untuk selalu berzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan memperbaiki ibadah hanya kepada-Nya.

Nabi SAW bersabda, “Qadama `abdin yaumal qiyaamah, hattaa yus ala `an umrihi fiima afnahu, wa `an `ilmihi fiima fa`ala, wa `an maalihi min aynaktasabahu wa fiima anfaqahu, wa `an jismihi fiima ibla-i tazuulu” "Tak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanyai tentang umurnya dimana ia habiskan; tentang ilmunya dalam perkara apa ia gunakan; hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infaqkan; dan tentang jasadnya dimana ia gunakan". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2417),Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (537), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (111). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (126)]

wallahu a`lam bishawab