Minggu, 31 Mei 2009

Nasehat Buat Orang Hidup

Nasehat Buat Orang Hidup

Setiap yang bernyawa adalah calon mati. Kematian merupakan sebuah kemestian yang harus siap dihadapi oleh setiap orang, karena kita ini adalah "camat" . Allah -Ta’ala- berfirman di dalam Al-Qur’an Al-Karim,

Kullu nafsin dzaa iqatul mawut.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian (QS. Al Imran:185)

Ya, setiap yang berjiwa itu akan mati. Apakah kematian itu? apakah kita pernah berpikir tentang "perusak segala kenikmatan" dan segala misterinya itu? Apakah kita merasa diperingatkan dan dinasehati olehnya, ketika ia mengambil dan mencabut kenikmatan-kenikmatan itu; ia melangkahi kita untuk mendatangi orang lain dan esok ia akan mendatangi kita?

Jadi, semua orang akan mati; kita telah melihat dan mendengarnya. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu mengambil peringatan dari orang lain, atau mungkin kita lupa akan ungkapan populer: “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat”.

Hendaklah kita mempersiapkan dengan seluruh desah nafas, sehingga kita menjadi orang yang apabila berada di pagi hari, dia tidak menunggu waktu sore; apabila berada di sore hari, kita tidak menunggu waktu pagi. Namun sentiasa beramal sholeh untuk mengisi setiap jam yang sedang kita dijalani, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ketika mendengar Rasulullah bersabda, “kun fiid dunya ka annaka ghariibun aw abiiru sabiil” "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara".

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambaliy berkata, “Sesungguhya seorang mukmin tidak sepantasnya untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dan merasa tenang di dalamnya akan tetapi sepatutnya dia di dalam dunia ini bagaikan orang yang sedang melakukan perjalanan” (Jami’ul Ulum wal Hikam (hal. 379)

Hadirin, kita adalah para calon penghuni kubur, apa yang menyebabkan kita terpedaya oleh dunia? Bukankah kita tahu bahwa kita akan meninggalkan dunia ini dan dunia akan meninggalkan kita? Pada waktu itu lihatlah, bagaimana rumah kita yang megah, pakaian yang indah, aroma wewangian, para sahabat dan keluaga kita? Bagaimana keadaan wajah yang tampan, kulit yang halus, tangan dan kaki kita yang kukuh ini setelah tiga hari di kubur? Saat itu tubuh kita telah ditumbuhi ulat dan cacing, mengoyak kain kafan, menghapuskan warna, memakan daging, masuk ke dalam tulang, mencerai-beraikan anggota tubuh, merobek sendi-sendi, melelehkan biji mata dan pipi kita.

“Aktsiruu dzikra haadzammulladzaati, ya’niil mawut” “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian”.[HR. At-Tirmidziy (2307), An-Nasa’iy (1824), dan Ibnu Majah (4258). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1607)]

Cukuplah kematian membuat hati besedih, menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan dunia, pemutus segala angan-angan. Kita mungkin sering berpaling dari Allah, atau sedang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, kita juga mungkin adalah orang yang setiap kali dinasehati, tapi nasehat itu ditolak oleh hawa nafsu kita, kita mungkin adalah orang yang dilalaikan oleh nafsu dan tertipu oleh angan-angan yang panjang, tahukah kita apa yang akan terjadi pada diri kita di saat kematian? Mungkin kita bergumam dalam hati, “jika tiba masa itu, maka saya akan mengucapkan la ilaha illallah”. Belum tentu bias demikian kaum muslimin.!! Jika kita masih tetap lalai dan berpaling dari Allah hingga tiba saat kematian, tentu kita tidak akan mengucapkan kalimat tauhid itu, bahkan mungkin kita akan berharap untuk dihidupkan kembali.

Kaum muslimin, kemana kita akan lari?? Apakah kita akan mendaki gunung yang tinggi, atau menyelami lautan yang dalam, ataukah bersembunyi di benteng yang kokoh supaya dapat lolos dari intaian Malaikat Maut? Kaum muslimin, kita tidak akan dapat melarikan diri dari maut, sebab Rabb kita berkata : “Ainamaa takuunu yudrikkumul mauutu, walau kuntum fii buruujinmusaiyyadah” "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh" (QS. An-Nisa : 78)

Jika pada waktu itu jiwa kita dicabutNya, sementara kebanyakan dari kita membiarkan hari-hari yang kita lalui lewat begitu saja, sedangkan kita tenggelam dalam lautan kelalaian dan gelombang panjang angan-angan. Mari kita bertaubat, sebelum datangnya hari yang telah dijanjikan dan kemudian kita berkata, “Rabbanaa ajjirnaa ilaa ajalin qariibinnujib da’waataka wanattabii’irrusul” "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia), walaupun sebentar saja. Niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-Rasul….". (QS. Ibrahim : 44)

Lalu saat itu kita mendapat jawaban, “alam takun aayaati, tutlaa ‘alaikum fakuntum bihaa tukadzibuun” "Bukankah ayat-ayatku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?" (QS. Al Mukminun :105)

Sungguh jika maut telah datang, maka ia tidak akan menangguhkan kita untuk bertaubat. Dia tidak dapat diundur, walaupun hanya sehari, sejam, bahkan sedetik pun. “Faidzaa jaa a ajaluhun laa yastakhiruuna saa`ah,wala yastaqdimuun” "Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapar mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula memajukannya". (QS. An-Nahl :61)

Kaum muslimin,

Suatu hal yang patut kita renungi adalah bekal kita untuk menghadapi kematian ini. Seorang yang cerdik akan mempersiapkan berbagai amalan yang dapat menyelamatkan dirinya dari huru-hara kematian dan padang mahsyar. Rasulullah bersabda : "Mukmin yang paling cerdik adalah yang paling banyak mengingat mati, dan paling baik persiapannya untuk mati. Itulah orang cerdik". [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4259). Di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1384)]

Pernahkah kita mengitung diri atas apa yang telah kita ucapkan dan kita perbuat? mari segera kita jawab sebelum datang waktunya bagi kita untuk mengucapkan, “Qaala rabbirji`uuni, la`allaii a`malu shaalihan fiima taraktu” “Ya Rabbku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang aku tinggalkan” Kemudian kita dapat jawaban, “Kallaa, innahaa kaliimatun huwaa qaa iluha, wa min rabbihim barzaaghu ilaa yaumi yub`asyuun” “Sekali-sekali tidak sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun:99-100)

Kaum muslimin, marilah kita semua bertaubat, semua anak Adam pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat.

Kaum muslimin, janganlah kita merasa aman ketika menuju pembaringan. Boleh jadi dia adalah tidur terakhir kita di dunia; dan tidak bangun lagi setelahnya, dan ketika bangun tahu-tahu kita telah berada di dalam kubur. Selayaknya kita bersiap-siap selagi masih berada di dunia ini. Siapkanlah bekal aqidah, iman, ibadah, dan akhlaq yang baik, didasari ilmu wahyu dari Al-Qur’an, dan sunnah. Itulah yang akan mempermudah jawan kita di alam kubur, dan padang mahsyar. Semoga Allah -Ta’ala- menolong kita untuk selalu berzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan memperbaiki ibadah hanya kepada-Nya.

Nabi SAW bersabda, “Qadama `abdin yaumal qiyaamah, hattaa yus ala `an umrihi fiima afnahu, wa `an `ilmihi fiima fa`ala, wa `an maalihi min aynaktasabahu wa fiima anfaqahu, wa `an jismihi fiima ibla-i tazuulu” "Tak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanyai tentang umurnya dimana ia habiskan; tentang ilmunya dalam perkara apa ia gunakan; hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infaqkan; dan tentang jasadnya dimana ia gunakan". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2417),Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (537), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (111). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (126)]

wallahu a`lam bishawab